siapa mau (p)aku?

pakuTentang paku, bisalah dipastikan kalau banyak orang yang sudah tahu. Janganlah bercanda untuk bilang tidak tahu. Akan tetapi jika sekiranya benar belum juga tahu, cukuplah untuk mengunjungi satu toko besi yang terdekat dan katakan “paku” di toko itu.

Mahluk kecil yang terbuat dari besi itu termasuk mempunyai banyak manfaat. Meski banyak manfaat, janganlah sekali-kali menawarkan paku kepada seseorang yang sedang lapar perutnya. Karena yang bersangkutan bisa jadi akan marah dan merasa terhina. Menawarkannya kepada seorang batita, atau anak usia di bawah tiga tahun, sebaiknya juga jangan dilakukan jika tak ingin batita itu mengalami cedera yang serius. Dan terlebih-lebih, jangan sekali-kali mencoba menawarkannya kepada dukun santet, karena pasti akan dipakainya sebagai media yang bisa membikin orang lain sengsara.

Bahkan di kalangan para musafir yang biasa memakai kendaraan bermotor, mahluk mungil runcing itu bisa menebar ketakutan dan kecemasan lho! Karena sekali mahluk itu menancapkan dirinya di roda kendaraan alias ban, maka serangkaian rencana yang sudah disusun pada hari itu akan mengalami kekacauan karena adanya hambatan dalam perjalanan.

Dan bagi para pengendara roda dua yang tak bisa membawa ban cadangan dalam kendaraan mereka, silahkan untuk kembali menggunakan alat transportasi yang paling primer yang dimiliki manusia, yakni kedua kaki. Sambil mencoba mencari-cari seorang tukang tambal ban terdekat yang masih menyediakan jasanya pada hari itu (dan mungkin dengan sambil sedikit menggerutu tentunya…)

Kira-kira demikianlah yang terjadi pada saya lima hari yang lalu.
Seujung paku menembus ban belakang sepeda motor dan berhasil membuat dua sayatan panjang. Akibat sayatan tersebut, ban dalam tersebut seketika itu rusak dan sama sekali tak bisa dilakukan upaya penambalan. Merogoh kocek yang dalam saat itu juga muncul sebagai kenyataan, tidak hanya sebagai bayangan saja.

Bagi musafir yang mengalami kebocoran ban, momen yang paling mendebarkan adalah saat menunggu si tukang tambal ban memberitahu titik lokasi bocor pada ban dan kemudian memperlihatkan serta menyerahkan si biang kerok penyebabnya. Perasaan menunggu yang mendebarkan itu bahkan hanya bisa dibandingkan dengan perasaan seorang lelaki yang sedang menantikan kelahiran anak yang dikandung oleh istrinya!

Dan pada saat menggenggamnya…
Mahluk mungil yang bikin bocor ban itu…
Perasaan apa yang muncul?

***

Setiap kali mengalami bocor ban, ada semacam ritual kecil yang saya lakukan. Mahluk mungil sialan itu akan saya timang-timang sebentar lalu sejurus kemudian saya buang jauh-jauh. Hitung-hitung buang sial, pikir saya. Tapi pada peristiwa bocor ban yang terakhir ini ritual itu tidak saya lakukan.

Awalnya memang menggerutu dan marah. Bagaimana tidak? Paku yang menembus ban saya itu bentuknya benar-benar baru. Sama sekali tidak ada karat dan lurus sempurna, dengan ujung yang benar-benar masih runcing. Kondisi paku yang demikian ini memancing imajinasi saya akan adanya sebuah konspirasi kejahatan. Ada oknum yang menyebar paku di jalanan dan hanya beberapa meter dari lokasi penyebaran paku itu, bertengger satu kios yang menyediakan jasa tambal ban.

Akan tetapi imajinasi tersebut tak dibiarkan liar dan saya berpikir lebih baik untuk menghentikannya. Dan kepada paku yang menghancurkan ban itu, saya merasa ada muncul perasaan sayang yang aneh. Saya berpikir, daripada saya buang dan mungkin malah menjadi penyebab orang lain celaka, mendingan paku itu saya simpan saja. Barangkali suatu waktu nanti ia akan memberi kemanfaatan kepada saya. Saya punya pikiran, andaikata satu waktu si paku itu telah memberikan manfaat, sudah pasti orang yang mendapatkan kemanfaatan darinya akan berucap terima kasih. Akan lain ceritanya kalau ia masih saja setia menusuk dan mencabik ban-ban kendaraan. Jika demikian, sudah barang tentu hanya makian dan umpatan menggerutu saja yang akan ia dapatkan.

Dengan menyimpannya dan menyiapkannya untuk sebuah kemanfaatan, saya melihat paku itu derajatnya naik beberapa peringkat!

***

Siapa mau paku?
Siapa mau aku?

Kurang lebih hanya dua minggu saja kita menunggu Pemilu.
Boleh tahu rencana Anda saat itu?

pemilu-2009Dan semakin mendekati Pemilu, wajar saja kalau para caleg kemudian akan makin agresif menawarkan dirinya. Apalagi Pemilu sekarang memakai sistem suara terbanyak dalam menentukan calon legislatif yang bakalan terpilih.

Siapa mau paku?
Sambil senyum saya membayangkan caleg-caleg itu sebagai sekumpulan paku. Kira-kira apa yang bisa diperbuat dengan sekumpulan paku itu ya? Jika hanya disebar di jalanan, tentu saja hanya akan membawa manfaat kepada segelintir oknum dan bikin mudarat dan celaka banyak orang. Ada usulan yang lebih baik?

Siapa mau aku?
Saat Anda sebagai calon legislatif bilang, “Siapa yang mau aku?”
Sambil berjanji akan menjadi solusi,
di hadapan rakyat
dan tentu saja di hadapan Tuhan,
sudah merasa layakkah Anda?

Siapa mau aku?
Siapa mau paku?

(jogja, ahad pagi 22 maret 09)

~ by ksatriapelangi on April 8, 2009.

One Response to “siapa mau (p)aku?”

  1. paku untuk kertas suara (sekarang sdh contreng, eh pemilukada main paku lagi) dan ada penebar paku radius sekian ratus meter dekat tambal ban. ha ha (mungkin)

Leave a comment